Ternyata PUISI Alm. Sapardi Djoko Damono dapat membuat flashback

1. Aku Ingin Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

1989

2. Hatiku Selembar Daun
Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput;

Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;

Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

3. Hujan Bulan Juni
Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

4. Yang Fana Adalah Waktu
Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.

1978

5. Pada Suatu Hari Nanti
Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,

Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.

6. Kuhentikan Hujan
Kuhentikan Hujan

Kuhentikan hujan
Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan

Ada yang berdenyut dalam diriku
Menembus tanah basah
Dendam yang dihamilkan hujan
Dan cahaya matahari
Tak bisa kutolak

Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga

7. Hanya
Hanya

Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana

Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu

Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu.

Gimana Guys puisi dari alm. Sapardi Djoko Damono??
Ternyata dibalik rangkaian kata ada makna yang tersimpan yang begitu dalam ya…

WOW,ternyata ini puisi Chairil Anwar yang bikin hati bergetar

Hai guys ternyata Puisi Chairil Anwar ini bikin jantung berdebar debar lo ketika membacanya,apalagi inget waktu sekolah tatap muka kan,hmmm…kira kira apa aja yaa,,

1. Aku

Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

2. Diponegoro

Diponegoro

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.

Maju.
Serbu.
Serang.
terjang

Februari 1943

3. Krawang-Bekasi

Krawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

4. Sia-Sia

Sia-Sia

Penghabisan kali itu kau datang
membawaku karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu.

Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

5. Derai-Derai Cemara

Derai-Derai Cemara

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

6. Senja di Pelabuhan Kecil

Senja di Pelabuhan Kecil

Kepada Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempar, sedu penghabisan bisa terdekap

7. Doa

Doa

Kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

8. Tak Sepadan

Tak Sepadan

Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kimpoi, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.

Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pinti terbuka.

Jadi baik juga kita pahami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggak rangka.

Februari 1943

9. Di Mesjid

Di Mesjid

Kuseru saja Dia
Sehingga datang juga

Kami pun bermuka-muka.

Seterusnya Ia Bernyala-nyala dalam dada.
Segala daya memadamkannya

Bersimbah peluh diri yang tak bisa diperkuda

Ini ruang
Gelanggang kami berperang.

Binasa-membinasa
Satu menista lain gila

10. Persetujuan dengan Bung Karno

Persetujuan dengan Bung Karno

Ayo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu
Dari mulai 17 Agustus 1945

Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api, Aku sekarang laut

Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu, di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu, di uratku kapal-kapal kita betolak dan berlabuh

Maha Pembalik Hati

Rakitan demi rakitan kuulas kembali merajut demi sebuah asing yang tak kunjung padamkan hati
Ku ingin menjelma menjadi sebuah peri
Lalu kutanya kembali bagaimana bisa?? Dan waktu hanya bisa menjawab cobalah agar kau tau betapa sulitnya seseorang mencintai dibalik pedihnya rasa hati
Sejenak memikir ingat lah sang pujaan yang sedemikian bisa membuat hati ini tulus tuk saling mencintai sekarang menjadi seseorang yang dibenci

Takdir tuhan memang luar biasa yaaa? Membolak balikkan hati yang tak tau bagaimana itu semua biasa terjadi…

RINDTIH

Waktu ini diusiaku yang genap memginjak 17 tahun dan sampai saat ini juga Tuhan menghidupkanku didunia ini
Aku belum pernah melihat sosok dia dalam hidupku,rasanya asing bagiku
Mungkin ini ujian tapi aku tidak merasa kehilangan
Aku ingin menatap raut wajahnya tetapi aku takut untuk melihat wajahnya
Aku takut jika nanti aku lari lalu tak bisa mengkontrol nafsuku,lalu aku menangis mengingat semua itu
Atau ia tak terpikir dibenaknya untuk menemuiku?
Aku sempat berpikir” jahat sekali ia” tak tau diuntung malu aku melihatnya
Tapi ia…,aku ingin merasakan peluknya
Di penghujung tahun ini doaku semoga ku cepat dipertemukan mungkin ku tidak bisa menerima utuh tapi setidaknya aku pernah memberi ruang kosong untuk dia kembali dihidupku…

AMBANG

Berilusi menepi menjadi satu abadi dibalik redupnya hati…
Mungkin hati ini tak kunjung henti mengharapkanmu lagi
Karna paruh jiwaku hanya seorang dirimu kasih…
Namun, aku tak tau apa yang terjadi di kemudian hari…
Apakah aku masih denganmu atau dengan yang lain?
Ataukah kita lupa akan janji yang dulu pernah ucapkan?
Diri ini luluh ketika separuh senyumanmu mekar
Tanpa ada sedikitpun beban yang terasa amat berat

Hingga akhirnya hati ini gundah dan lagi lagi resah
Entah apa yang ada dalam pikirku
Hingga kini ku melupakan segalanya karnamu
Membuatku nyaman akan seseorang seperti dirimu

Dan kini,aku tegaskan lagi…Aku tak tahu apa yang terjadi di kemudian hari…
Dan akhirnya hati ini memilih untuk pergi
Menghilang disisi bumi dam meninggalkanmu seorang diri
Tapi ironisnya kau tak mencariku lagi
Sebenarnya kau mencintaiku atau tidak?
Ku termenung…

Bulan terlihat indah dengan bintang bukan?
Tapi ia tahu kapan harus pulang
Saling acuh,setelah tak lagi mengikat satu janji
Yah,tapi aku yakin setelah mengetahui itu semua
Bahwa “semesta mencintaiku tanpa isyarat”
Dan alam memberinya karma agar hidupnya “Tamat”

Design a site like this with WordPress.com
Get started